Rabu, 20 Juli 2011

Sejarah kota MAgetan…





Desa Sidomukti, Kec.Plaosan, di Wilayah Kab.Magetan , sejak dulu secara turun temurun dikalangan wanitanya mempunyai tradisi membatik diatas kain, tidak heran Desa Sidomukti menjadi sentra kerajinan batik di Kab.Magetan .
Motif batik dari Desa Sidomukti banyak ragamnya, tetapi yang paling menonjol, bahkan satu - satunya motif batik yang tidak dimiliki daerah lain yaitu motif Pring Sedapur.
Kabupaten Magetan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Magetan. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Ngawi di utara, Kota Madiun dan Kabupaten Madiun di timur, Kabupaten Ponorogo, serta Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri (keduanya termasuk provinsi Jawa Tengah). Bandara Iswahyudi, salah satu pangkalan utama Angkatan Udara RI di kawasan Indonesia Timur, terletak di kecamatan Maospati.
Wafatnya Sultan Agung Hanyokrokusumo pada tahun 1645 merupakan tonggak sejarah mulai surutnya kejayaan Kerajaan Mataram. Beliau sangat gigih melawan VOC, sedangkan penggantinya ialah Sultan Amangkurat I yang menduduki tahta Kerajaan Mataram pada tahun 1646-1677 sikapnya lemah terhadap VOC atau Kompeni Belanda.
Pada tahun 1646 Sultan Amangkurat I mengadakan perjanjian dengan VOV, sehingga pengaruh VOC dapat memperkuat diri karena bebas dari serangan Mataram,bahkan pengaruh VOC dapat leluasa

masuk keMataram. Kerajaan Mataram makin menjadi lemah, pelayaran perdagangan makin dibatasi, antara lain tidak boleh berdagang ke Pulau Banda, Ambon dan Ternate.
Peristiwa diatas menyebabkan tumbuhnya tanggapan yang negatif terhadap Sultan Amangkurat I di kalangan keraton, lebih-lebih pihak oposisi, termasuk putranya sendiri yaitu Adipati anom yang kelak bergelar Amangkurat II. Kejadian-kejadian di pusatPemerintahan Mataram selalu diikuti dengan seksama oleh Daerah Mancanegara, sehingga Pangeran Giri yang sangat berpengaruh di daerah pesisir utara Pulaujawa mulai bersiap-siap melepaskan diri dari kekuasaan Mataram.
Pada masa itu seorang pangeran dari madura yang bernama Trunojoyo sangat kecewa terhadap pamannya yang bernama Pangeran Cakraningrat II karena beliau terlalu mengabaikan Madura dan hanya bersenang-senang saja di pusat Pemerintahan Mataram.
Trunojoyo melancarkan pemberontakan kepada Mataram pada tahun 1647. Pemberontakan itu didukung oleh orang-orang dari Makasar. Dalam suasana seperti itu kerabat Keraton Mataram yang bernama Basah Bibit atau Basah Gondo Kusumo dan Patih Mataram yang bernama Patih Nrang Kusumo dituduh bersekutu dengan para ulama yang beroposisi dengan menentang kebijaksanaan Sultan Amangkurat I.
Atas tuduhan ini Basah Gondokusumo diasingkan ke Gedong Kuning Semarang selama 40 hari, di tempat kediaman beliau yang bernama Basah Suryaningrat. Patih Nrang Kusumo meletakkan jabatan dan kemudian pergi bertapa ke daerah sebelah timur Gunung Lawu. Beliau diganti oleh adiknya yangbernama Pangeran Nrang Boyo II. Keduanya ini putra Patih Nrang Boyo (Kanjeng Gusti Susuhunan Giri IV Mataram).
Di dalam pengasingan ini Basah Gondokusumo mendapat nasehat dari kakeknya yaitu Basah Suryaningrat, dan kemudian beliau berdua menyingkir ke daerah sebelah timur Gunung Lawu. Beliau berdua memilih tempat ini karena menerima berita bahwa di sebelah timur Gunung Lawu sedang diadakan babad hutan yang diadakan oleh seorang bernama Ki Buyut Suro, yang kemudian bergelar Ki Ageng Getas. Pelaksanaan babad hutan ini atas dasar perintah Ki Ageng Mageti sebagai cikal bakal daerah tersebut.
Untuk mendapatkan sebidang tanah sebagai tempat bermukim di sebelah timur Gunung Lawu itu, Basah Suryaningrat dan Basah Gondokusumo menemui Ki Ageng Mageti di tempat kediamannya yaitu di Dukuh Gandong Kidul (Gandong Selatan), tempatnya di sekitar Aloon-aloon Kota Magetan
Dengan perantara Ki Ageng Getas , Basah Suryaningrat menemui Ki Ageng Mageti, hasil dari pertemuan ini, Basah Suryaningrat mendapat sebidang tanah di sebelah utara Sungai Gandong, tepatnya di Kelurahan Tambran Kecamatan Kota Magetan sekarang.
Peristiwa itu terjadi setelah melalui perdebatan yang sengit antara Ki Ageng Mageti dengan Basah Suryaningrat. Lewat perdebatan ini Ki Ageng Mageti mengetahui, bahwa Basah Suryaningrat bukan saja kerabat keraton Mataram, melainkan sesepuh Mataram yang memerlukan pengayoman. Karena itulah akhirnya KiAgeng Mageti mempersembahkan seluruh tanah miliknya sebagai bukti kesetiaannya kepada Mataram.
Setelah Basah Suryaningrat menerima tanah persembahan Ki Ageng Mageti itu sekaligus beliau mewisuda cucunya yaitu Basah Gondokusumo penjadi penguasa di tempat baru dengan gelar YOSONEGORO yang kemudian dikenal sebagai Bupati YOSONEGORO. Peristiwa itu terjai pada tanggal 12 Oktober 1675, dengan condro sengkolo “ MANUNGGALING ROSO SUKO HAMBANGUN”
Basah Suryaningrat dan Yosonegoro (Basah Gondokusumo) merasa sangat besar hatinya, karena disamping telah mendapatkan persembahan tanah yang berwujud wilayah yang cukup luas dan strategis, juga mendapatkan seorang sahabat yang dapat diandalkan kesetiaannya, yaitu Ki Ageng Mageti. Itulah sebabnya tanah baru itu diberi nama “MAGETAN’
DAFTAR BUPATI YANG PERNAH MEMIMPIN MAGETAN :
1. Raden Tumenggung Yosonegoro(1675 – 1703)
2. Raden Ronggo Galih Tirtokusumo (1703 – 1709)
3. Raden Mangunrono(1709 – 1730)
4. Raden Tumenggung Citrodiwirjo (1730 – 1743)
5. Raden Arja Sumaningrat(1743 – 1755)
6. Kanjeng Kyai Adipati Poerwadiningrat (1755 – 1790)
7. Raden Tumenggung Sosrodipuro(1790 – 1825)
8. Raden Tumenggung Sosrowinoto (1825 – 1837)
9. Raden Mas Arja Kartonagoro(1837 – 1852)
10. Raden Mas Arja Hadipati Surohadiningrat III (1852 – 1887)
11. Raden M.T. Adiwinoto(1887 – 1912), R.M.T. Kertonegoro (1889)
12. Raden M.T. Surohadinegoro (1912 – 1938), R.A. Arjohadiwinoto (1919)
13. Raden Mas Tumenggung Soerjo(1938 – 1943)
14. Raden Mas Arja Tjokrodiprojo (1943 – 1945)
15. Dokter Sajidiman(1945 – 1946)
16. Sudibjo (1946 – 1949)
17. Raden Kodrat Samadikoen(1949 – 1950)
18. Mas Soehardjo (1950)
19. Mas Siraturahmi(1950 – 1952)
20. M. Machmud Notonindito (1952 – 1960)
21. Soebandi Sastrosoetomo (1960 – 1965)
22. Raden Mochamad Dirjowinoto(1965 – 1968)
23. Boediman (1968 – 1973)
24. Djajadi(1973 – 1978)
25. Drs. Bambang Koesbandono (1978 – 1983)
26. Drg. H.M. Sihabudin (1983 – 1988)
27. Drs. Soedharmono (1988 – 1998)
28. Soenarto (1998 – 2004 )
29. Saleh Mulyono (2004 – 2006 ). Miratul Mu’minin / PLT ( 2006 – 2009 )
30. Sumantri ( 2009 – Sekarang)
Kabupaten Magetan terdiri atas 18 kecamatan, yang terdiri dari 208 desa dan 27 kelurahan.
Gunung Lawu (3.265 m) terdapat di bagian barat Kabupaten Magetan, yakni perbatasan dengan Jawa Tengah. Di daerah pegunungan ini terdapat Telaga Sarangan(1000 m dpl), salah satu tempat wisata andalan kabupaten ini, yang berada di jalur wisata Magetan-Sarangan-Tawangmangu-Karanganyar.
Kabupaten Magetan terletak di antara 7 38 30 Lintang selatan dan 111 20 30 Bujur Timur Batas fisik Kabupaten Magetan adalah:
Luas Kabupaten Magetan adalah 688,85 km²,yang terdiri dari 18 wilayah kecamatan, 208 desa, 27 kelurahan, 822 Dusun/Lingkungan, dan 4575 Rukun Tetangga.
Suhu udara berkisar antara 16 – 20 C di dataran tinggi dan antara 22 – 26 C di dataran rendah. Curah hujan rata-rata mencapai 2500 – 3000 mm di dataran tinggi dan di dataran rendah antara 1300 – 1600 mm.
Magetan dikenal karena :
1. Daerah sejuk, jauh dari kebisingan dan Polusi serta masyarakatnya Ramah dan Tentram
2. Kerajinan kulit (Sepatu,Sandal, Jacket, Tas, Dompet, Ikat Pinggang) dan Krupuk Rambak
3. Pertanian / Perkebunan ( Padi, semua Jenis Sayuran, Ubi ,Ketela, Jeruk Pamelo )
4. Peternakan ( Sapi Potong , Sapi Perah, Domba & Ayam )
5. Makanan Khas ( Lempeng, Jrangking, Likak likuk & Sambil Pecel )
6. Tempat Wisata ( Telaga Sarangan, Telaga Wurung, Kolam Renang, Manunggal & Kosala Tirta Maospati )
7. Pondok Pesantren Salaf & Modern
8. Seni Budaya Jawa masih terjaga dengan baik

0 komentar:

Posting Komentar